
MENGAPA ANAK MUDA TIDAK PATUH
KEPADA ORANG TUA DAN GURU?
Banyak orang tua dan guru merasa resah ketika anaknya tidak
patuh. Ini merupakan sebuah kejadian yang biasa kita temui disekitar kita.
Namun banyak dari orang tua dan guru tidak tahu apa yang menyebabkan anak
mereka tidak mau menurut. Biasanya, jika anak tidak menurut kepada orang tua
dan guru akan diberikan hukuman, teguran, bahkan ada anak yang diberikan
siksaan. Jelas saja ini bukan solusi yang tepat untuk membuat anak menurut
kepada orang tua meskipun cara ini sebagian besar berhasil. Jadi apa sebenarnya
yang menyebabkan anak muda tidak menurut kepada orangtua dan guru?
Dari beberapa sumber di internet menjelaskan anak tidak
patuh karena terlalu banyak tuntutan/perintah sehingga anak merasa tertekan
yang menyebabkan stress karena banyaknya perintah dari orang tua dan guru.
Berkata kasar kepada anak juga menyebabkan anak tersebut ingin menjauhi orang
tua yang menyebabkan anak tersebut tidak mau menuruti perkataan orang tua. Anak
tidak mau menurut juga dikarenakan orang tua kurang perhatian terhadap anak
yang membuat anak memilih bergaul dengan kawan-kawannya. Selain itu dendam yang
disebabkan trauma karena siksaan juga menyebabkan anak tidak patuh.
Dari penjelasan tersebut penyebab tidak patuhnya anak
terhadap orang tua sebagian besar disebabkan orang tua dan guru yang tidak
mengerti keadaan si anak. Mengapa? Ini semuanya dikarenakan sifat anak muda
cenderung ingin diperhatikan dan ingin bebas melakukan apa saja. Misalkan,
sekarang anak ingin diantar ke sekolah oleh orang tua namun, orang tua si anak
sedang sibuk dan berkata dengan keras berkata “jalan kaki saja sama
teman-temanmu!” Jika sebagian besar keinginan anak tidak dituruti otomatis
perintah orang tua juga akan tidak dituruti.
Lalu apa solusi supaya anak mau patuh dengan orang tua?
Caranya ajarilah anak peraturan-peraturan dalam bentuk kalimat berita bukan
kalimat perintah. Misalnya sebagai ganti dari ucapan ”Jangan letakkan buku
sembarangan!” dengan ”Buku itu tempatnya di rak buku”, dan semisalnya. Dengan
perkataan semacam ini, anak tidak akan merasa sebagai objek perintah tetapi dia
merasa diperhatikan dan menjadi subjek. Pada akhirnya dia akan mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap barang-barangnya. Hargailah keinginan-keinginan anak .
Bila anak mempunyai keinginan untuk memiliki semua mainan yang dipajang di toko
ketika ke pasar, maka sebagai ganti dari hardikanmu kepadanya dengan sifat
”tamak”, katakanlah kepadanya ”Boleh saja kamu menginginkan semua mainan ini,
tetapi sekarang pilihlah satu saja dan yang lain untuk waktu yang akan datang”,
atau buatlah kesepakatan kepadanya sebelum pergi ke pasar ”Apapun yang kamu
lihat, maka hanya satu permintaan yang dikabulkan”. Dengan hal ini, anak akan
merasakan bahwa orangtua tetap memperhatikan keinginannya. Hindari cara
mengancam dan “menyuap.” Jika orang tua menggunakan cara ancaman secara
terus-menerus agar dia taat maka kelak anak akan mengacuhkan perkataan orang
tua sehingga orang tua mengancamnya. Demikian juga “suap” akan menjadikannya
tidak mentaati orang tua sehingga orang tua mengatakan kepadanya ”Aku akan
memberimu mainan baru jika kamarmu bersih”, maka dia menaatimu karena ingin
mainan bukan untuk membantu keluarganya atau melaksanakan kewajibannya. Dan
yang paling penting berilah pujian dan apresiasi bila si anak menaatimu dalam
suatu tugas dan berilah selamat kepadanya ”Bagus” atau ”Pekerjaan yang hebat”,
“Anak yang rajin”, sehingga dia akan termotivasi melakukannya pada waktu yang
lain. Apabila dia berbuat sebaliknya / hal buruk maka katakanlah, “Rajinnya
anak ibu itu kamarnya selalu dibersihkan sendiri.”
Dengan perkataan yang tepat dan perhatian yang seimbang
terhadap anak menjadikan dia merasa nyaman bersama orang tua yang menyebabkan
dia tidak berani melawan orang tua yang ia sayangi.
x
x
Comments
Post a Comment